TANGGAPAN DARI BUKU YANG BERJUDUL

TRANSFORMASI BUDAYA UNTUK MASA DEPAN

( Karangan Mochtar Lubis)

Oleh: Pratiwi ( 3415076919 ) Pendidikan Biologi Non Reguler 2007

 

Ini merupakan kali kedua saya memberikan tanggapan terhadap isi buku karangan Mochtar Lubis. Seperti kita ketahui dari buku sebelumnya, Manusia Sebuah Pertanggungjawaban semua isi dari buku tersebut tertulis sebagai sindiran kepada masyarakat Indonesia. Dan yang harus sangat disayangkan bahwa semua yang dikatakan itu adalah benar. Kali ini, di buku yang berjudul Transformasi Budaya untuk Masa Depan tidaklah jauh berbeda isinya dengan isi buku sebelumnya. Tiap lembar dari buku tersebut berisi tentang cerminan masyarakat Indonesia yang terjadi pada tahun 1985, prediksi serta harapan yang dibuat untuk bangsa Indonesia.

Buku Transformasi Budaya untuk Masa Depan diawali dengan refleksi keadaaan ( Keadaan Kita Kini ) masyarakat Indonesia pada tahun 1985, dan lagi-lagi menyedihkan. Namun, pada dasarnya saya sangat setuju dengan apa yang dituliskan dalam buku ini, karena semua yang tertulis benar adanya.

Diawali dengan dikutipnya pendapat-pendapat orang asing. Beliau berpendapat bahwa orang asing yang berada di Indonesia biasanya mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan sewaktu mereka di negara asalnya. Ada juga orang asing yang berkata bahwa di Indonesia sangat mudah mendapatkan pembantu rumah tangga. Dan di Indonesia, status adalah hal yang sangat penting. Apa yang perlu dikelak, ketiga pendapat dari orang asing tersebut memang benar terjadi, bahkan hingga saat ini. Situasi tersebut  jelas terlihat bahwa hampir semua warga asing yang bekerja di Indonesia mendapatkan tempat yang sangat  layak, kedudukan paling nyaman atau bahkan kekuasaan tertinggi. Dan tidak jarang warga Indonesia yang beranggapan bahwa orang asing itu sangatlah istimewa.

Pernyataan status adalah penting, sangat penting, sehingga banyak orang mau melakukan apapun demi mendapatkan status yang mereka inginkan. Benda-benda mahal, bermerk adalah ciri dari orang yang berstatus terhormat.

Di indonesia mendapatkan seorang atau bahkan lebih dari seorang pembantu rumah tangga sangatlah mudah karena adanya yayasan yang melayani penyaluran pembantu rumah tangga. Selain itu, banyaknya wanita yang bersedia menjadi pembantu rumah tangga karena biaya hidup yang mahal sehingga memaksakan diri harus mencari nafkah yang lebih untuk kehidupan keluarga serta pendidikan dan kemampuan wanita tersebut hanyalah di bidang bantu membantu. Dan perlu diketahui bahwa lemahnya pendidikan dan kemampuan wanita Indonesia karena masih ada budaya yang mengatakan, bahwa “ wanita tidak perlu bersekolah tinggi karena nantinya akan kembali bekerja di dapur juga ( ibu rumah tangga )”. Hal inilah yang menyebabkan begitu banyaknya wanita yang menawarkan dirinya menjadi pembantu rumah tangga.

Situasi yang tidak kalah pentingnya adalah tindak korupsi yang menyeruak dimana-mana. Korupsi yang terjadi di indonesia mencakup semua kalangan. Dari mulai yang bestatus tinggi, menengah hingga yang terbawah. Korupsi dalam buku itu diklasifikasikan atas tiga yaitu, penyuapan, pemerasan dan pencurian.

Ada pernyataan bahwa di Indonesia yang terpenting bukanlah apa yang kamu ketahui, tetapi siapa yang engkau kenal. Pernyataan ini sangat benar. Semakin banyak kita mengenal orang-orang yang berstatus tinggi semakin mudah jalan kita untuk mencapai sesuatu. Semua pernyataan itu dikaitkan dengan tindak KKN.

Masyarakat Indonesia dikatakan sebagai orang yang terkenal pandai menyimpan rasa tidak senang mereka secara diam-diam, sehingga pada suatu ketika perasaan mereka yang tertekan meledak dan mereka mengamuk sampai akhirnya membunuh. Hal yang seperti ini adalah yang sering sekali terjadi di indonesia saat ini. bekerja sama, kecewa yang dipendam, mengamuk sampai akhirnya membunuh seseorang hanya karena masalah yang sepele.

Contoh kasus yang berkaitan dengan korupsi adalah usaha reboisasi di Kalimantan Timur yang tidak kunjung usai selama 14 tahun dari tahun 1985. Dana yang menguap diperkirakan sebesar 1 milyar rupiah. Kekuatan jiwa serakah manusia menimbulkan kerugian yang besar bagi orang lain.

Statemen bahwa korupsi telah membudaya adalah hal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Korupsi yang kian marak terjadi diseluruh kalangan masyarakat Indonesia sering kali tidak jelas arah penyelesainnya. Malahan korupsi lebih sering diselesaikan dengan jalur damai. Di buku tersebut diambil contoh korupsi yang dilakukan oleh pimpinan PT. Indobuildco yang sangat terang-terangan diselesaikan dengan jalurdamai. Kalau setiap tindak korupsi hanya diselesaikan dengan jalur damai, siapa yang tidak senang melakukan tindak korupsi?

Seharusnya korupsi sudah menjadi sejarah tua bagi rakyat Indonesia. Namun, faktanya hingga saat ini korupsi masih merupakan tindak kejahatan nomor 1 di Indonesia. Ketidak tangguhan pemerintah dalam menyelesaikan kasus korupsi sangatlah berdampak besar terhadap kehidupan perekonomian bangsa ini. Jadi, apabila korupsi telah menjadi budaya dalam masyarakat, maka yang celaka adalah rakyat. Rakyat yang tidak memiliki kekuasaan politik, rakyat yang lemah, rakyat yang tidak dapat mengeluarkan pendapatnya serta rakyat yang tidak memilikihak demokrasi Pancasila.

Dalam bahsan Dunia Kita Kini, bapak M. Lubis menggambarkan tentang keadaan dunia di kala 1985. Dunia digambarkan dengan penuh kekerasan dan tidak tentu arahnya. Adapun sebab-sebab yang dipaparkan dalam buku tersebut terkait dengan dunia yang penuh dengan kekerasan dan semuanya berkaitan dengan teknologi yang semakin berkembang.

Dalam buku ini juga diungkapkan bahwa ketidaksesuaian antara apa yang dikatakan oleh pemerintah dengan keadaan yang sebenarnya. Dikatakan bahwa kita hidup dalam demokrasi Pancasila. Namun, dalam kenyataannya pemerintah sendiri sulit untuk menerima kritikan. Hal inilah yang menyebabkan penulis mengangkat sebuah konsep Jawa yakni, seorang penguasa adalah pemegang kekuasaan , karena itu apa yang diucapkan dan dilakukannya senantiasa adalah benar. Pola budaya Jawa ini bersifat vertikal yaitu, kekuasaannya tidak terbuka.

Untuk itu, bapak M. Lubis menghimbau kepada semua masyarakat yang masih menganut pola budaya Jawa untuk melakukan suatu revolusi budaya atau membebaskan diri dari pola budaya Jawa lama ini.

Saran tersebut rupa-rupanya sangat diindahkan oleh sebagian masyarakat Indonesia, termasuk peranan mahasiswa di dalamnya. Sampai akhirnya terjadi titik revolusi di tahun 1999. Namun sayang, revolusi yang terjadi dan kebebasan yang telah disepakati begitu tertindas. Kebebasan yang ada begitu disia-siakan. Begitu banyak masyarakat Indonesia yang salah dalam mengartikan kebebasan. Padahal kebebasan yang ada seharusnya merupakan kebebasan yang bertanggung jawab.

Saat ini justru banyak orang yang melakukan kejahatan dengan dalih memanfaatkan kebebasan yang ada. Sebut saja para aktris cantik Indonesia. Kebebasan yang mereka tunjukkan, tidak lebih dari kebebasan pribadi yang ingin dicapainya. Contoh dalam hal berbusana, mereka merasa bahwa dalam berbusana yang tidak pantaspun kebebasan masih berlaku. Padahal jelas hal tersebut sangatlah mencoreng kebudayaan bangsa kita. Kebudayaan wanita Indonesia yang dikenal dengan kesopanannya, kini harus berubah hanya karena salah mengerti apa itu arti dari kebebasan yang sesungguhnya. Dan hal seperti ini merupakan salah satu dampak dari transformasi budaya yang tidak terkontrol. Budaya buruk Indonesia yang ingin dihilangkan sudah hilang, tetapi sebenarnya bukan hilang, hanya digantikan oleh budaya asing yang tidak sesuai dengan kultur kita. Parahnya, budaya asing ini justru memiliki dampak yang sangat buruk bagi transformasi pola berfikir masyarakat Indonesia. Fashion hanyalah salah satu penyalahguanaan kebebasan dan di bidang lain tentu masih banyak lagi. Dan keadaan tersebut adalah keadaan yang cukup mengga,barkan bagaimana bangsa kita saat ini.

Transformasi budaya yang sebenarnya dimaksud oleh penulis adalah tarnsformasi yang seharusnya menjadikan bangsa ini ke arah yang lebih baik, bukan malah mentransfor semua dan apa saja yang dinginkan oleh individu-individu Indonesia.

Sebagai salah satu contoh kejadian gerhana matahari total yang kebetulan muncul di negara Indonesia. Memang sangat menyedihkan. Disaat orang-orang asing dengan begitu hebohnya ingin mengabadikan peristiwa tersebut, orang Indonesia justru takut dengan segala spekulasinya. Takut pada segala pembicaraan orang yang belum tentu benar alias mudah percaya sebelum mendapatkan bukti. Dapat diartikan bahwa masyarakat Indonesia adalah manusia penakut. Dan Indonesia tidak akan mendapatkan apapun jika semua masyaraktnya memiliki rasa takut yang berlebihan. Takut kalah, takut rugi, takut dalam mengambil resiko, padahal resiko itulah yang perlu diambil dalam melakukan perubahan.

Dibuku tersebut tertulis dalam bidang ekonomi negara-negara maju sudah membicarakan terkait dengan perdagangan bebas. Namun, negara tersebut tetap melindungi produk buatan negerinya sendiri. Sedangkan Indonesia, hanya sebagai  negara berkembang yang mampu bertahan akibat komoditi ekspor berupa hasil-hasil alam. Dan itupun masih membuat perekonomian Indonesia terseok-seok.

Indonesia yang begitu gencarnya menuruti kemauan dunia sebagai salah satu negara yang melakukan perdagangan bebas keliru dalam bertindak. Yang perlu dilakukan saat ini adalah bagaimana pemerintah dan masyarakat Indonesia mengurangi produk-produk impor yang sebenarnya banyak kita temukan di Indonesia. Melindungi pengusaha-pengusaha kecil agar tetap bertahan atau bahkan mampu berdiri dengan kokohnya sehingga mampu tampil di pasaran dunia.

Tetapi, lagi-lagi hal ini begitu mudahnya diselewengkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Beredarnya produk-produk impor yang ilegal masih juga belum terselesaikan. Padahal jelas, hal seperti ini sangatlah merugikan. Mereka bekerja terkadang tidak sesuai dengan kemampuannya dan bukan profesinya. Sangat menyedihkan. Kegagalan bangsa Indonesia hanya dikarenakan watak buruk segelintir orang.

Dalam bidang bioteknologi, Indonesia mengawalinya dengan pembuatan tempe dan ragi. Diawali dengan hal tersebut seharusya menjadikan dorongan bagi masyarakat Indonesia untuk terus mengembangkanny dan mulai menambah produksi-produksi baru disegala bidang. Tapi kegiatan tersebut tidak mengalami perkembangan yang pesat sesuai dengan  tuntutan zaman. Malah pada akhirnya Indonesia harus menjadi negara pengimpor beras sekalipun pernah menjadi negara lumbung ASIA.

Kegiatan yang tidak kalah gencarnya dalam kehidupan saat ini adalah perkembangan teknologi disegala bidang. Dan yang perlu kita lakukan adalah agar tidak dibuat terbuai olehnya.

Kita tidak boleh dibuat terpesona oleh kehadiran televisi, handphone, internet dan masih banyak lagi. Saat ini sadar atau tidak pembodohan masal oleh teknologi telepon seluler dan internet sedang terjadi. Mereka yang tergila-gila dengan canggihnya hanphone dan hebatnya internet saat ini akan sangat mudah menerima asupan apapun yang diberikan oleh kedua benda tersebut. Pelajar yang seharusnya sibuk dengan belajar. Kini sibuk dengan hanphone atau blognya.

Secara tidak sadar perubahan yang besar terhadap teknologi begitu mempengaruhi watak seseorang yang menggunakannya. Mereka berubah menjadi sesorang yang malas atau bahkan menjadi orang jahat dengan keahliannnya dalam melakukan kejahatan di dunia maya.

Transformasi budaya yang seperti ini bukanlah yang dimaksud oleh bapak M. Lubis atau diinginkan oleh masyarakat Indonesia. Perubahan budaya yang diinginkan adalah perubahan menuju arah yang lebih baik.

Untuk pencapaian perubahan budaya yang diinginkan membutuhkan kesungguh-sungguhan dan waktu yang cukup lama. Budaya yang ada saat ini merupakan hasil dari transformasi budaya yang dilakukan pada saat buku ini di tulis. Ini cukup membuktikan bahwa tidak ada keseriusan masyarakta Indonesia dalam melakukannya. Karena saat ini harus diakui budaya Indonesia makin terpuruk, semakin meuju ke arah yang tidak baik. Korupsi yang dahulu dinyatakan sebagai budaya, rupa-rupanya memang sudah mendarah daging.

Berubahnya karakter wanita Indonesia menambah buruk situasi kebudayaan saat ini. Perekonomian dan perdagangan yangterjadi saat ini sedikit banyak membuat kerugian bagi pengusaha domestik. Dan perkembangan bioteknologi yang baru mulia dirangkak.

Tanggapan-tanggapan tersebut hendaknya menjadikan motivasi bagi diri kita masing-masing untuk lebih sadar dan tergugah bahwa Indonesia membutuhkan uluran dari tangan-tangan pemudanya, butuh modifikasi dari manusia-manusianya sebagai benda yang akan mentransformasi kebudayaan kita. Tentunya transformasi ke arah yang lebih baik.

Hidup Indonesia!!!